Kamis, 29 April 2010

Apa Yang Kosmopolit dan Apa Yang Bukan

Kwame Anthony Appiah (2006) berkata, "Not Globalization; Not Multiculturalism", kosmopolitanisme adalah ekspresi kosmopolitan, yakni warga kosmos. Kosmos mengacu pada dunia, tidak dalam pengertian bumi, tapi semesta yang harmonis. Kaum kosmopolit berpendapat bahwa adanya kelompok-kelompok fundamental dalam komunitas-komunitas hanya akan menimbulkan sifat parokial yang mengarah kepada chaos, yakni semesta yang kacau. Menurut Apiah, setidaknya terdapat dua hal yang paling mendasar dari kosmopolitanisme, yaitu pertama, kewajiban kita terhadap yang lain seharusnya melampaui golongan kita, dan kita seharusnya mengambil nilai-nilai tidak hanya dari kehidupan manusia secara biologis, tapi juga kehidupan manusia secara utuh.
Dalam era globalisasi saat ini, nilai-nilai kosmopolitanisme sering diasosiasikan dengan beberapa hal yang dianggap mewakili kosmopolitan tersebut, seperti diplomat, olahragawan, artis, alat transportasi, perkotaan,dan hotel. Hal-hal tersebut dianggap mewakili nilai-nilai cosmopolitan karena sifatnya yang universalis. Diplomat, olahragawan dan artis merupakan contoh dari segelintir masyarakat yang dalam kesehariannya melakukan perpindahan satu tempat ke tempat lain tanpa terbatasi oleh sekat-sekat fundamen tertentu. Mereka memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat dunia dengan cakrawala yang luas serta bersifat multikultur. Sedangkan alat transportasi kosmopolitanisme disini adalah pesawat yang merupakan alat transportasi yang paling mampu menjangkau seluruh kawasan di dunia. Kapal juga merupakan alat transportasi yang dianggap mewakili nilai-nilai kosmopolitanisme atas sifatnya yang mobile dari satu tempat ke tempat lain. Hotel yang bertaraf internasional juga salah satu bentuk dari pengejawantahan nilai-nilai kosmopolitanisme dimana para penghuni yang berada di dalamnya cenderung berasal dari banyak negara. Hal ini menandakan bahwa hotel internasional juga mengikuti konsepsi multikulturalisme.
Perkotaan juga dapat dikatakan sebagai kosmopolitanisme saat masyarakat yang berada didalamnya merupakan percampuran dari berbagai macam etnik dan ras. Tetapi hal tersebut tidak secara kaku kemudian dapat dikatakan sebagai kota kosmopolitan sebab kota yang masuk dalam kriteria kosmopolitan adalah adanya milieus pencampuran sosial dan budaya dan hibriditas yang melintasi batas komunal. Era saat ini, kota yang dianggap sebagai kota kosmopolitan adalah Paris, New York dan London. Kota Toronto, Hongaria, Portugis, Cina, India yang memiliki berbagai etnis dan kebangsaan di penduduknya belum dapat disebut kota kosmopolitan dikarenakan masyarakat yang berasal dari beberapa wilayah di dunia yang menempati kota-kota tersebut datang dengan alasan kesejahteraan dan keamanan, dan dikurung di dalam rumah mereka dengan sedikit untuk melakukan kontak dengan orang lain, kecuali di pasar. Ini, tentu saja, berbeda dengan keadaan kota Paris atau New York.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan awal bahwa setiap kegiatan yang berbau kosmopolitan belum tentu dianggap kosmopolit secara menyeluruh. Ketika kosmopolit bercirikan percampuran etnis dalam satu kawasan, tetapi ketika percampuran etnis tersebut tidak dibarengi dengan motivasi untuk saling bertoleransi dan menjunjung perdamaian maka hal itu belum dapat dikategorikan sebagai kosmopolitan. Kemudian nilai perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, tidak dapat secara otomatis dikatakan kosmopolit karena maksud dari perpindahan tersebut pada masing-masing orang berbeda. Ketika yang dimaksudkan adalah perpindahan untuk mencari kerja, mencari keamanan dan standar hidup yang lebih baik, maka hal tersebut dikatakan sangat tidak kosmopolit karena nilai perpindahan kosmopolitan akan muncul saat perpindahan itu didasarkan bukan atas kepentingan pribadi tetapi kepentingan universal secara umum.

Sumber :

”The cosmopolitan perspective: sociology of the second age of modernity, British Journal of Sociology, Vol. 51, No 1, 2000.

”The cosmopolitan society and its enemies”, Theory, Culture & Society, Vol. 19(1-2), 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar